Pelajari Strategi Affiliate Marketing untuk Brand di Tahap Consideration – Jangan Sampai Tertinggal!

Pelajari Strategi Affiliate Marketing untuk Brand di Tahap Consideration – Jangan Sampai Tertinggal!

Admin
brand insight Apr 21, 2025
SHARE ON
1745816096_cb-195-april.jpg

Tahukah Anda bahwa sebagian besar konsumen tidak langsung membeli produk setelah pertama kali melihatnya? Mereka melewati proses berpikir dan mempertimbangkan, yang dikenal sebagai tahap "consideration" dalam funnel marketing. Di fase ini, calon pembeli aktif mencari informasi, membandingkan opsi, dan menimbang berbagai kelebihan serta kekurangan produk sebelum mengambil keputusan akhir.

Bagi brand dan marketer, memahami perilaku audiens di tahap ini adalah kunci untuk menyusun strategi komunikasi yang lebih efektif—dan di sinilah affiliate marketing mengambil peran krusial.

Pengertian dan Peran Consideration

Tahap consideration merupakan momen kritis dalam proses pengambilan keputusan calon pembeli. Pada fase ini, mereka sudah menyadari masalah atau kebutuhan yang dihadapi dan mulai mencari solusi dengan membandingkan berbagai produk atau layanan yang tersedia.

Mereka tidak lagi berada di tahap sekadar mengenal, namun juga belum siap mengambil keputusan akhir. Ini adalah saat di mana informasi kredibel, ulasan yang jujur, dan edukasi yang netral menjadi sangat penting. Konten yang memiliki nilai informatif tinggi akan sangat membantu mereka membuat keputusan yang tepat.

Hubungan Awareness, Consideration, dan Conversion

Dalam funnel marketing, terdapat tiga tahap utama: awareness, consideration, dan conversion.

  1. Awareness: Calon pembeli mulai sadar akan keberadaan sebuah produk atau masalah yang mereka alami.
  2. Consideration: Mereka aktif mencari tahu lebih dalam tentang produk, membandingkan satu dengan yang lain, dan membaca ulasan.
  3. Conversion: Mereka siap membeli dan mencari jalur transaksi yang paling efisien.

Affiliate marketing memiliki pendekatan berbeda untuk tiap tahap ini. Di tahap awareness, fokusnya adalah menjangkau sebanyak mungkin orang. Di tahap consideration, fokusnya adalah mendampingi proses evaluasi calon pembeli dengan memberikan informasi yang dibutuhkan. Dan di tahap conversion, affiliate membantu menutup transaksi dengan CTA yang tepat.

Mengapa Affiliate Marketing Efektif di Tahap Consideration

1. Kredibilitas Publisher

Publisher, khususnya content creator yang sudah punya komunitas loyal, memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh iklan konvensional: kepercayaan.

Audiens lebih percaya pada review dari seseorang yang mereka kenal atau ikuti dibandingkan iklan berbayar. Bahkan, studi menunjukkan bahwa 92% konsumen lebih percaya pada rekomendasi dari individu (bahkan jika mereka tidak mengenalnya secara langsung) dibandingkan dari brand itu sendiri.

Publisher yang membagikan pengalaman pribadi, memberikan review jujur (termasuk kelebihan dan kekurangannya), akan dianggap lebih netral. Ini membuat affiliate marketing sangat kuat di fase consideration karena keputusannya berdasarkan trust.

2. Konten Organik dengan Nilai Informasi Tinggi

Publisher yang baik memahami bahwa kekuatan konten tidak hanya terletak pada kemampuan menjual, melainkan pada kemampuannya untuk mendidik dan memberikan insight yang bernilai. Di tahap consideration, audiens cenderung bersikap kritis dan selektif terhadap informasi yang mereka terima. Mereka mencari sumber yang bisa dipercaya, bukan sekadar promosi yang menggembor-gemborkan keunggulan tanpa data.

Konten semacam ini tidak hanya menciptakan impresi positif, tetapi juga memicu aksi lanjutan karena audiens merasa dipahami dan dibantu dalam proses pengambilan keputusan mereka. Maka dari itu, di tahap consideration, audiens sangat membutuhkan konten yang mengandung:

  • Komparasi: Video perbandingan “A vs B” untuk memperjelas keunggulan masing-masing produk.
  • Insight penggunaan: Apakah produk sesuai dengan kondisi pengguna tertentu?
  • Demonstrasi: Unboxing, tutorial, atau cara pakai yang menjawab rasa penasaran audiens.

Konten semacam ini terasa alami, tidak menggurui, dan memberikan nilai edukasi.

3. Integrasi CTA yang Halus Tapi Efektif

CTA (Call to Action) yang dipakai di tahap ini tidak boleh terkesan memaksa. Sebaliknya, ia harus disusun secara strategis agar menyatu secara alami dengan alur konten. Dalam tahap consideration, audiens cenderung sensitif terhadap nada promosi yang berlebihan. Mereka lebih menyukai ajakan bertindak yang terasa seperti saran dari teman yang memahami kebutuhan mereka, bukan instruksi langsung dari brand yang hanya ingin menjual.

CTA harus hadir sebagai penutup logis dari konten informatif yang sudah diberikan, bukan sekadar tombol ajakan membeli. Misalnya, setelah penjelasan tentang kelebihan dua produk, CTA yang berbunyi "Lihat perbandingan selengkapnya di sini" terasa jauh lebih relevan dan membantu daripada sekadar "Beli sekarang".

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan penempatan CTA secara visual agar tidak mengganggu kenyamanan membaca, tapi tetap mudah ditemukan. Gunakan bahasa yang ramah dan berorientasi solusi, serta uji beberapa variasi untuk mengetahui mana yang paling efektif untuk segmen audiens tertentu.

  • Mengarahkan, bukan menekan.
  • Memberi pilihan, bukan menyuruh.

Beberapa contoh CTA yang cocok untuk tahap ini:

  • “Lihat perbandingan selengkapnya di sini”
  • “Coba sekarang, gratis selama 7 hari”
  • “Baca review pengguna lainnya”

CTA semacam ini menambah kenyamanan bagi audiens untuk mengambil tindakan lanjut tanpa merasa didorong paksa.

Jenis Konten yang Mendukung Consideration Funnel

1. Video Perbandingan Produk

Konten A vs B menjadi format yang sangat populer, terutama di platform seperti YouTube atau TikTok. Format ini memungkinkan publisher atau content creator menampilkan dua produk atau layanan secara berdampingan dan membandingkannya secara transparan berdasarkan berbagai aspek seperti fitur, harga, kualitas, dan pengalaman penggunaan. Misalnya, membandingkan dua smartphone dengan spesifikasi yang mirip namun dari brand berbeda dapat membantu audiens memahami perbedaan kecil yang berdampak besar pada penggunaan sehari-hari.

Biasanya, video jenis ini disajikan dengan alur logis: pembukaan yang menjelaskan alasan perbandingan, penjabaran fitur dari masing-masing produk, lalu kesimpulan berdasarkan kebutuhan target audiens. Penggunaan visual close-up, side-by-side testing, serta testimoni pribadi dari sang creator juga membuat konten ini terasa sangat autentik dan meyakinkan.

Bagi brand, ini merupakan peluang besar untuk menampilkan keunggulan produknya secara objektif. Apalagi jika dilakukan oleh publisher yang sudah memiliki reputasi baik di niche tertentu. Dengan format ini, audiens tidak merasa digurui, namun justru merasa terbantu dalam menyaring pilihan sebelum mengambil keputusan pembelian.

  • Menyajikan dua produk head-to-head.
  • Menyoroti fitur unggulan dan kekurangan masing-masing.
  • Menggunakan visual dan pengalaman langsung.

Audiens yang melihat akan merasa dibantu dalam mengambil keputusan karena informasinya konkret dan praktis.

2. Artikel Review Mendalam

Artikel yang ditulis oleh publisher dengan pengalaman pertama pengguna, lebih banyak dipercaya karena mereka memberikan sudut pandang yang otentik dan relatable. Tidak seperti iklan brand yang cenderung bias, artikel jenis ini menyampaikan pengalaman penggunaan produk secara jujur, yang sangat dibutuhkan oleh audiens pada tahap consideration. Artikel seperti ini bukan hanya sekadar menyebutkan fitur produk, melainkan membawa pembaca masuk ke dalam narasi pengalaman pribadi sang penulis.

Biasanya, artikel ini memuat:

  • Cerita penggunaan produk dalam konteks sehari-hari atau situasi tertentu (misalnya, "Saya mencoba skincare ini selama 7 hari, ini hasilnya").
  • Apa yang disukai dan tidak disukai dari produk tersebut, termasuk hal-hal kecil yang tidak terlihat dalam deskripsi produk resmi.
  • Perbandingan dengan produk lain yang pernah digunakan, atau produk sejenis di pasar.
  • Rekomendasi berdasarkan kategori pengguna tertentu (misalnya, cocok untuk kulit sensitif, untuk ibu menyusui, untuk traveler, dll).
  • Kesimpulan apakah produk tersebut layak dibeli, disertai tautan affiliate yang relevan dengan CTA informatif seperti "Cek harga terbaru di sini" atau "Baca ulasan pengguna lainnya".

Artikel jenis ini sangat kuat secara SEO karena mengandung kata kunci long-tail yang spesifik, serta memiliki dwell time yang tinggi karena pembaca tertarik menyelesaikan cerita hingga akhir. Bagi brand, ini merupakan media komunikasi yang sangat bernilai untuk memperkuat kepercayaan dan mempengaruhi keputusan pembelian. penggunaan produk.

  • Apa yang disukai dan tidak disukai.
  • Kesimpulan apakah produk layak dibeli atau tidak.

Artikel ini bisa ditulis di blog pribadi, media review, maupun platform affiliate seperti Accesstrade.

3. User Generated Content (UGC)

UGC (User Generated Content) sangat ampuh untuk menambah social proof karena berasal dari pengguna nyata, bukan dari brand. Saat pengguna lain berbagi pengalaman mereka secara sukarela di media sosial, forum, atau platform review, konten tersebut terlihat jauh lebih otentik dan dipercaya. Audiens melihatnya sebagai rekomendasi jujur dari sesama konsumen, bukan promosi yang dibuat-buat.

Contoh konten UGC yang efektif antara lain:

  • Video unboxing di TikTok atau Instagram yang menunjukkan reaksi spontan konsumen saat membuka produk.
  • Story pengguna di Instagram yang menampilkan pengalaman harian menggunakan produk, seperti "Skin routine malam hari pakai produk X".
  • Review foto di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia, di mana pembeli menyertakan gambar asli produk dan ulasan penggunaan.
  • Thread Twitter yang membahas perjalanan menggunakan suatu layanan atau pengalaman membeli dari brand tertentu.

Salah satu contoh sukses adalah kampanye #GlowWithMe dari sebuah brand skincare lokal, di mana pengguna diminta untuk mengunggah foto progres kulit mereka setelah 14 hari pemakaian. Hasilnya, ratusan testimoni visual tersebar di berbagai platform yang memperkuat kredibilitas brand tanpa harus membuat iklan tambahan.

Dengan melibatkan UGC, brand dapat membangun rasa kebersamaan dan kepercayaan yang tidak bisa dihasilkan hanya dengan konten promosi. Selain itu, UGC juga mendorong komunitas untuk saling merekomendasikan, yang menjadi kekuatan tersendiri dalam funnel consideration.

4. Listicle atau Produk Rekomendasi

Format seperti “5 Powerbank Terbaik untuk iPhone di 2025” atau “Top 10 Skincare Lokal di Bawah 100 Ribu” sangat efektif untuk:

  • Menyederhanakan pilihan.
  • Memberi highlight cepat ke setiap produk.
  • Memancing klik ke masing-masing produk melalui tautan affiliate.

Listicle juga membuat audiens merasa punya banyak pilihan, namun tetap diarahkan ke keputusan akhir.

Kesimpulan

Affiliate marketing bukan hanya tentang memperluas jangkauan, tapi juga tentang memenangkan hati audiens di saat mereka sedang menimbang pilihan. Di tahap consideration, konten informatif, kredibel, dan edukatif menjadi penentu keberhasilan.

Dengan menggandeng publisher yang tepat dan membekali mereka dengan strategi konten yang sesuai, brand dapat mengarahkan calon pembeli menuju keputusan dengan lebih efektif. Dan itulah kekuatan sebenarnya dari affiliate marketing — bukan menjual, tapi meyakinkan.

Jika brand Anda ingin mulai menjangkau audiens yang sudah siap membeli melalui pendekatan affiliate yang strategis, saatnya bergabung bersama kami.

? Daftarkan brand Anda sekarang di Accesstrade dan mulai jalin kolaborasi dengan publisher terpercaya!

.
Muhammad Harist
Affiliate Specialist
Muhammad Harist telah menjadi SEO Specialist di Accesstrade selama 1 Tahun. Spesialisasinya adalah di Research & Development, Project Management serta Data Analytics. Selain itu, dia memfokuskan pekerjaannya untuk melakukan A/B testing dan membuat study case menghasilkan konversi yang tinggi dan stabil dari campaign affiliate marketing.
Artikel Terkait