Perbedaan B2B dan B2C yang Wajib Diketahui Semua Marketer

Perbedaan B2B dan B2C yang Wajib Diketahui Semua Marketer

Admin
others Jan 13, 2021
SHARE ON
1689222829_perbedaan-b2b-dan-b2c-yang-wajib-diketahui-semua-marketer-1.jpg

Jika Anda pernah bekerja di dunia pemasaran digital, Anda pastinya sudah tidak asing lagi dengan 2 istilah ini, yaitu B2B dan B2C. Secara garis besar, B2B atau Business-to-Business adalah jenis strategi pemasaran yang murni berfokus pada proses transaksi antara 2 pihak yang sama-sama saling menginginkan barang atau keuntungan. Sedangkan B2C atau Business-to-Costumer merupakan jenis strategi pemasaran yang lebih fokus pada pendekatan individu dan melibatkan emosional di dalamnya untuk meraih hasil maksimal.

Dari definisinya saja sudah menunjukkan bahwa dua strategi marketing tersebut memiliki metode dan cara yang berbeda, walaupun ujung-ujungnya nanti adalah memasarkan layanan atau sebuah produk ke konsumen. Hanya saja, ada beberapa perbedaan lain yang wajib diketahui bagi Anda seorang marketer.

Berikut ini adalah 4 rincian perbedaan antara B2B dan B2C.

1. Hubungan dengan Pelanggan

B2B: Membangun hubungan pribadi

Pemasaran B2B dan perolehan prospek berfokus pada membangun hubungan pribadi yang mendorong bisnis jangka panjang. Jadi, membangun hubungan dalam pemasaran B2B, terutama selama siklus pembelian, sangatlah penting.

Mengapa? Ini memberi Anda kesempatan untuk membuktikan praktik bisnis, etika, dan moral seperti apa yang ingin Anda gunakan selamanya. Kemampuan untuk terhubung dengan pelanggan yang sudah menjadi target tersebut memungkinkan untuk memisahkan bisnis yang Anda kelola dengan kompetitor lain, sekaligus membangun brand imej yang kuat.

B2C: Membangun hubungan transaksional

Sasaran pemasaran B2C adalah untuk mendorong konsumen ke produk di situs klien atau perusahaan Anda dan mendorong penjualan. Untuk melakukan ini, pelanggan harus memiliki pengalaman dan dapat dikatakan bukan kali pertama saja bertransaksi dengan model bisnis yang Anda jalankan.

Bisnis B2C menghargai efisiensi. Oleh karenanya metode pemasaran seperti ini sangat meminimalkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengenal pelanggan, akan tetapi memaksimalkan pendekatan emosional setelahnya sehingga terjadi hubungan menjadi sangat transaksional.

Salah satu contoh dari penerapan B2C adalah seperti pemberian reward kepada pelanggan yang berkenan dipersonalisasikan emailnya atau mau memberikan ulasan terhadap produk yang dijual.

2. Branding

B2B: Fokus pada hubungan

Branding merupakan salah satu cara pemasaran menggunakan metode B2B. Kemampuan untuk menggambarkan posisi Anda di pasar sekaligus upaya untuk menunjukkan diri di antara para kompetitor maka dapat membuat bisnis yang dijalankan dapat lebih bersinar dan prospek keberhasilan lebih mudah didapatkan.

Kembali ke pengembangan hubungan, Anda harus memiliki visi yang tajam untuk meningkatkan imej bisnis yang dikelola di pasar bebas. Dengan mampu menyelaraskan antara keinginan untuk memasarkan produk dengan kebutuhan target konsumen, maka dapat membantu mendorong pengenalan merek atau brand dan meningkatkan perolehan prospek Anda lebih cepat lagi.

B2C: Memprioritaskan pada penyampaian pesan

Seperti halnya B2B, dalam B2C, branding juga merupakan faktor yang sangat penting dalam pemasaran karena memungkinkan marketer dapat menyampaikan pesan terkait dengan produk atau layanan yang ditawarkan secara cepat dan tepat, menciptakan loyalitas dengan pelanggan, memastikan kredibilitas, terhubung secara emosional dengan pelanggan sampai memotivasi pelanggan untuk bertransaksi.

Hanya saja, dibandingkan dengan metode B2B, dalam B2C ini prioritas utama bukan pada interaksi intens dan hubungan dengan pelanggan, melainkan efisiensi dalam mempromosikan atau menyampaikan pesan pemasaran. Oleh karenanya, marketer diharapkan dapat lebih fokus pada penciptaan memori akan produk atau layanan yang ditawarkan kepada pelanggan sehingga waktu tidak terbuang percuma untuk terus menerus menyampaikan pesan yang sama.

3. Proses Pengambilan Keputusan

B2B: Menjaga komunikasi terbuka

Dalam B2B, proses untuk mengambil keputusan didasari pada sisi emosional dan rasional bisnis. Dengan kata lain, tidak boleh diambil secara serampangan akan tetapi lebih melihat apakah nantinya cocok atau tidak ketika produk atau layanan tersebut digulirkan ke pasar. 

Selain itu, dalam pengambilan keputusan juga mempertimbangkan apa yang ditawarkan oleh kompetitor sebagai parameter agar bisnis Anda lebih maju beberapa langkah di depan.

Tidak hanya itu saja, bukan hanya Anda saja yang dapat memberikan pemikiran untuk dijadikan keputusan final nantinya, para pelanggan juga dapat diikutsertakan untuk mengevaluasi segala hal terkait dengan layanan atau produk yang ditawarkan. Jadi nantinya, diharapkan tidak ada yang dirugikan.

B2C: Lebih menyederhanakan proses

Tidak seperti B2B yang dirasa terlalu rumit dalam pengambilan keputusan, di B2C hal tersebut lebih disederhanakan lagi. Caranya adalah dengan membuat suatu pandangan, dalam hal ini dapat berupa iklan atau sejenisnya, yang mana kemudian biarkan pelanggan menentukan apa yang terbaik untuk mereka. Setelah itu, marketer dapat mulai menganalisisnya dan membuat keputusan final.

4. Segmentasi Pasar

B2B: Ruang segmennya lebih kecil

Dalam menentukan segmen pasar yang ingin disasar, marketer B2B akan memahami terlebih dahulu demografi konsumen sebagai target. Setelah itu, data-data yang didapatkan akan dianalisis secara mendalam. Data-data tersebut dapat berupa data kualitatif ataupun kuantitatif. 

Salah satu cara dalam pengumpulan dan penganalisaan data adalah dengan menggunakan Google Analytics. Dan setelah semuanya didapatkan, maka marketer dapat mulai menjalankan strategi pasarnya berdasarkan data yang ada dan lebih efisien saat melakukannya karena segmen pasarnya yang menyempit .

B2C: Segmennya berskala besar

Kebalikan dari B2B, segmen B2C lebih besar dan luas. Target pasarnya pun lebih tersebar dan marketer dapat memilih sekaligus memilah mana konsumen yang potensial. Memang cara ini dapat dikatakan memiliki cakupan yang sangat luas dan tidak terbatas, hanya saja, dari sisi efisiensi dirasa kurang karena jangkauan yang harus diraih juga terlalu random.

Dengan memiliki pemahaman yang detail tentang strategi pemasaran B2B dan B2C, maka Anda dapat dengan mudah menerapkan taktik apa yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan perolehan prospek serta pendapatan bisnis Anda.

Rizki Setyo
Content Author
Berpengalaman dalam Affiliate Marketing sejak tahun 2017, hingga tahun 2023 sudah menjadi tim support Affiliate Marketing untuk campaign dari lebih dari 100 brand dan lebih 20.000 publisher.
Artikel Terkait