Cara Bercerita Lewat Desain dengan Foto Autentik, Teks Personal, dan Layout Sederhana untuk Konten Affiliate
Admin
social media Nov 17, 2025
SHARE ON
Di era sekarang, hampir semua orang bisa membuat desain. Tinggal buka aplikasi, pilih template, ganti warna, upload foto, lalu publish. Tapi pertanyaannya: apakah desain itu benar-benar bercerita, atau hanya sekadar “bagus dilihat”?
Di media sosial, blog, atau landing page, kamu mungkin sering melihat visual yang estetik, tapi tidak meninggalkan kesan apa pun. Di sisi lain, ada desain yang sederhana, namun membuat orang berhenti scroll, membaca teksnya, lalu merasa relate dengan ceritanya. Perbedaannya ada pada storytelling. Desain bukan sekadar dekorasi. Desain adalah medium untuk menyampaikan pesan, membangun emosi, dan menghubungkan pengalaman personal dengan audiens.
Buat kamu yang bergerak di dunia affiliate marketing atau content creation, kemampuan bercerita lewat desain bisa menjadi pembeda besar. Storytelling visual yang tepat bisa meningkatkan kepercayaan terhadap rekomendasimu, menambah engagement konten, dan pada akhirnya, mendorong lebih banyak konversi.
Artikel ini akan memandu kamu langkah demi langkah untuk menggabungkan foto, teks personal, dan layout menjadi desain yang benar-benar bercerita, bukan hanya indah secara visual. Panduan ini mencoba menggabungkan ketiga pilar tersebut menjadi satu strategi utuh: formula 3 elemen visual storytelling yang terdiri dari foto estetik, teks personal, dan layout sederhana untuk membangun koneksi yang lebih kuat dengan audiensmu.
Secara sederhana, storytelling lewat desain adalah cara menyusun elemen visual dan teks sehingga membentuk alur cerita yang utuh. Bukan hanya memberikan informasi, tetapi juga menggugah rasa dan membuat audiens merasa “ikut mengalami”.
Beberapa contoh bentuk storytelling visual antara lain, carousel Instagram yang menceritakan perjalananmu mengatasi sebuah masalah, lalu di akhir menawarkan solusi berupa produk/layanan, blog post yang memadukan foto real dengan caption personal dan insight, photobook perjalanan atau momen keluarga dengan susunan foto dan teks yang runtut, serta portofolio digital yang tidak hanya menampilkan hasil kerja, tetapi juga cerita di balik prosesnya.
Dalam konteks affiliate, storytelling lewat desain membantu kamu terlihat lebih autentik, bukan sekadar promotor produk, menunjukkan pengalaman nyata, bukan klaim tanpa bukti, menyampaikan rekomendasi dengan cara yang lebih natural dan tidak memaksa.
Teknik narasi ini bisa kamu padukan dengan prinsip storytelling yang biasa dipakai para affiliator (misalnya pola masalah–solusi–hasil). Bedanya, di sini kamu memvisualisasikan narasi itu ke dalam desain.
3 Elemen Visual Storytelling
Tiga elemen ini adalah formula dasar visual storytelling yang utuh, yang bisa kamu pakai berulang kali di berbagai channel dan format konten.
1. Foto: Menangkap Momen dan Emosi
Foto adalah titik masuk pertama perhatian audiens. Pilih foto yang menggambarkan momen nyata, bukan sekadar stok foto generik. Foto juga memiliki konteks yang jelas: situasi, ekspresi, atau aktivitas yang relevan dengan cerita. Serta mendukung pesan utama yang ingin kamu sampaikan (misalnya sebelum–sesudah, proses, atau hasil).
Untuk konten affiliate, sangat efektif jika kamu menggunakan foto pada yang benar-benar menggunakan produk, dengan setting kerja sehari-hari, atau momen “perubahan” yang terjadi karena solusi yang kamu rekomendasikan.
2. Teks Personal: Suara Kamu di Dalam Desain
Teks personal berfungsi sebagai “narator” dalam desainmu. Karakteristiknya berasal dari pengalamanmu sendiri, menggunakan bahasa yang jujur dan reflektif. Singkat, tapi mengandung konteks dan emosi.
Contoh teks personal: “Dulu aku sering burnout cuma karena urusan bikin konten. Sampai akhirnya aku menemukan cara yang lebih sederhana ini.”
Teks seperti ini membuat audiens merasa berbicara dengan manusia, bukan poster promosi.
3. Layout: Mengatur Alur Cerita
Layout mengatur bagaimana mata audiens bergerak dan mengikuti ceritamu. Terdapat prinsip dasar layout yang perlu kamu ketahui, diantaranya kamu perlu memikirkan alur pembuka, isi, lalu penutup. Lalu, terapkan hirarki visual: elemen paling penting (judul/teks utama) dibuat paling menonjol. Terakhir, kamu harus memberi ruang kosong (white space) agar desain tidak terasa sesak dan melelahkan untuk dilihat.
Cara Menggabungkan Foto, Teks, dan Layout
Bagian ini adalah panduan praktis yang bisa langsung kamu terapkan.
1. Tentukan Cerita Utama
Sebelum membuat desain, mulai dulu dari satu cerita inti yang ingin kamu sampaikan. Dengan begitu, setiap elemen visual seperti foto, teks, sampai layout, punya arah yang jelas dan tidak terasa acak. Cerita yang fokus akan lebih mudah diingat dan lebih kuat pengaruhnya ke audiens.
2. Pilih Foto yang Mengikuti Alur
Foto yang kamu pilih sebaiknya terasa seperti potongan perjalanan: ada sebelum, proses, dan setelah. Bukan soal jumlah fotonya berapa, tapi bagaimana rangkaian visual tersebut membantu audiens memahami perubahan yang kamu alami atau hasil yang kamu capai berkat solusi yang kamu rekomendasikan.
3. Tulis Teks Personal Singkat
Teks personal berfungsi menjelaskan apa yang terjadi di foto dan apa yang kamu rasakan. Cukup 1–3 kalimat yang memberi konteks, emosi, dan sedikit insight. Polanya bisa sesederhana "dulu seperti apa → apa yang kamu coba → sekarang apa yang berubah", atau "apa yang kamu sadari setelah mencoba sesuatu". Tujuannya supaya audiens merasa diajak ngobrol, bukan dibacakan iklan.
4. Susun Layout Sederhana
Layout yang efektif biasanya mengikuti alur: menarik perhatian dulu, memberi cerita atau bukti, lalu mengarahkan ke tindakan. Di carousel, misalnya, slide awal fokus ke hook cerita, beberapa slide berikutnya menunjukkan proses/pengalaman, dan slide terakhir merangkum manfaat plus ajakan halus (misalnya mengarahkan ke link). Di blog atau landing page, pola ini sama saja, hanya medianya yang berbeda.
Sebelum dipublikasikan, cukup cek apakah desainmu nyaman dilihat di HP dan juga enak dibaca di layar yang lebih besar. Intinya: teks terbaca tanpa perlu zoom, elemen penting tidak tertutup, dan alur bacanya terasa mengalir dari awal sampai akhir.
6. Simpan sebagai Template
Kalau kamu menemukan kombinasi foto, teks, dan layout yang terasa pas dan terbukti mendapatkan respons baik, jadikan itu template pribadimu. Manfaat utamanya: kamu tidak perlu mulai dari nol setiap kali bikin konten, proses jadi lebih cepat, dan gaya visualmu jadi konsisten di mata audiens.
Tools Pendukung
Untuk menerapkan semua langkah di atas dengan lebih mudah, kamu bisa memanfaatkan berbagai tools desain, misalnya:
Canva: Banyak template, mudah dipakai di HP dan desktop, cocok untuk kamu yang ingin cepat dan tidak mau ribet urusan teknis.
CapCut: Cocok untuk kamu yang sering bikin konten video atau Reels. Kamu bisa menggabungkan visual storytelling dalam bentuk motion (cut, transisi, teks berjalan) tanpa harus jago software editing berat.
Pixellab/PicsArt: Pilihan praktis untuk kamu yang 90% ngedit di HP. Bisa dipakai untuk menambah teks personal, stiker, atau elemen kecil yang mendukung cerita di dalam foto.
Selain itu, banyak kreator juga memanfaatkan fitur teks bawaan di Instagram atau TikTok saat mengunggah desainnya. Alasannya sederhana: teks yang kamu tulis langsung di aplikasi (misalnya judul pendek, kata kunci, atau context tambahan) membantu algoritma lebih mudah “membaca” tema kontenmu, mirip seperti SEO versi platform tersebut. Jadi alurnya bisa seperti ini: rancang visual dan struktur ceritanya di tools desain, lalu saat upload, tambah lapisan teks penting di dalam aplikasi supaya kontenmu lebih dikenali dan relevan di mata algoritma.
Pilih tools yang sesuai dengan kebiasaan kerjamu (lebih sering di HP atau laptop), yang mendukung format konten yang sering kamu buat (IG, TikTok, blog, dll.), dan tidak menghambat workflow-mu sebagai affiliator.
Penutup: Ubah Desainmu Jadi Cerita yang Menghasilkan
Pada akhirnya, bercerita lewat desain adalah soal bagaimana kamu menggabungkan foto yang bermakna, menulis teks personal yang jujur dan relevan, serta menata layout yang memandu mata dan emosi audiens.
Sebagai affiliator atau calon affiliator, kemampuan ini bisa menjadikan kontenmu bukan hanya enak dipandang, tetapi juga bernilai dan menghasilkan. Setiap desain bisa menjadi “bab” dari cerita yang lebih besar tentang perjalananmu dan solusi yang kamu rekomendasikan.
Jika kamu sudah mulai membayangkan desain seperti apa yang ingin kamu buat, langkah logis berikutnya adalah mulai membangun cerita visualmu, dan jadikan konten tersebut sebagai aset yang bisa mendatangkan penghasilan.
Ada baiknya kamu menyimak kembali panduan lengkap affiliate marketing untuk memastikan setiap konten visual yang kamu buat berada di jalur yang tepat menuju cuan.
Salah satu cara paling strategis adalah dengan bergabung sebagai publisher di platform affiliate. Dengan begitu, setiap konten visual yang kamu buat, di setiap foto, teks, dan layout yang kamu susun dengan penuh cerita akan berpotensi membawa kamu lebih dekat ke konversi dan pendapatan yang konsisten.
Muhammad Harist telah menjadi SEO Specialist di Accesstrade selama 1 Tahun. Spesialisasinya adalah di Research & Development, Project Management serta Data Analytics. Selain itu, dia memfokuskan pekerjaannya untuk melakukan A/B testing dan membuat study case menghasilkan konversi yang tinggi dan stabil dari campaign affiliate marketing.