Apakah Konten AI Bisa Dimonetisasi di 2025? Jawaban untuk Content Creator

Apakah Konten AI Bisa Dimonetisasi di 2025? Jawaban untuk Content Creator

Admin
guidelines affiliate Oct 16, 2025
SHARE ON
1761206816_accesstrade-oktober-tips-bikin-konten-facebook-ads-yang-menghasilkan-konversi-2.jpg

Sebagai content creator, tentu kamu ingin menghasilkan uang dari konten yang kamu buat, bukan? Pertanyaan seperti “Apakah konten AI bisa dimonetisasi?” adalah pertanyaan umum tahun 2025 karena AI memberikan kemudahan dari membuat script bahkan menghasilkan voice over hingga video. Baca artikel ini agar kamu memahami batasan agar konten AI yang kamu buat bisa dimonetisasi, tentunya dengan strategi yang tepat.

Strategi Tepat Membuat Konten AI Bisa Dimonetisasi

Jika kamu mencari jawaban terkait kemungkinan konten AI dimonetisasi, maka jawabannya adalah MUNGKIN. Namun ada hal yang perlu kamu pahami, yaitu asalkan konten yang dibuat autentik, memberi nilai tambah, dan mematuhi kebijakan.

 

Autentik, bagaimana mungkin jika dari AI? Autentik disini adalah kamu tidak menghasilkan 100% dari AI, jika itu yang kamu lakukan maka berisiko ditolak monetisasi karena konten tersebut mass-produced, berulang, atau minim orisinalitas.

 

Kamu bisa membuatnya lebih ‘humanis’ dengan sudut pandang atau pikiran yang kamu tuangkan di konten. Ingat, AI hanyalah alat untuk kamu menghasilkan konten bukan creator,  yang dinilai platform adalah manfaat, orisinalitas, dan pengalaman penonton.

Dalam dua tahun terakhir, konten generated AI meledak mulai dari voice over, avatar, footage sintetis, hingga artikel blog auto-generate. Banyak platform menegaskan ulang prinsip lamanya, bahwa monetisasi ditujukan untuk karya orisinal dengan kontribusi kreator.

Dari statement tersebut berarti, “AI-assisted” diperbolehkan, namun “AI-only yang generik” kemungkinan besar akan ditolak. Jadi, coba evaluasi kembali konten yang sudah kamu hasilkan ya, namun jika kamu baru memulai ini adalah pondasi kuat untuk kamu memonetisasi konten di masa depan atau menjadi beauty influencer dengan mengikuti langkah menjadi beauty influencer satu ini.

Kebijakan Platform Terkait Monetisasi Konten AI

Perlu kamu ingat bahwa kamu adalah publisher dari platform dan konsumen yang memberikan cuan adalah penonton dari kontenmu. Maka, users adalah fokus dari platform karena dengan menyukakan penonton maka platform mendapatkan penghasilan. Berikut adalah sudut pandang dari platform terkait konten.

1. Search (Google)

Fokus pada people-first content (bermanfaat nyata, akurat, relevan), bukan pada siapa/apa yang menulisnya. Maka, kamu sebagai publisher perlu memperhatikan bagaimana bisa membuat users atau penonton betah berlama-lama di konten kamu.

Google juga mengancam konten yang dibuat “skala besar tanpa nilai tambah” sebagai bentuk scaled content abuse, yang artinya kamu tidak boleh mencetak halaman-halaman serupa berulang-ulang hanya untuk mengejar traffic.

Selain itu, Google Quality Raters (penilai manual) kini diarahkan untuk memberi rating rendah pada konten yang tampak AI-otomatis tanpa usaha manusia. Jika kamu akan menjadi publisher, kamu harus memastikan konten AI-mu:

  • berguna, relevan, dan menanggapi kebutuhan pembaca,
  • memiliki elemen manusia (pengalaman, interpretasi),
  • punya verifikasi sumber & referensi,
  • unik dan bukan sekadar duplikasi template.

2. YouTube (YPP)

Penekanan pada keaslian/autentisitas. Konten yang berulang/tidak autentik, misalnya produksi massal tanpa nilai tambah, rangkuman template, atau kombinasi ulang materi tanpa analisis, cenderung tidak memenuhi syarat monetisasi. Per 15 Juli 2025, YouTube juga sudah memberikan informasi bahwa konten dengan 100% generated AI tidak akan dimonetisasi.

3. Hak Cipta & Lisensi

Aset AI (musik, gambar, suara) tetap tunduk pada hak cipta, merek dagang, dan kebijakan konten sensitif. Pastikan lisensi jelas dan tidak melanggar publicity rights (misalnya. peniruan suara).

Bila kamu menggunakan AI / model untuk menghasilkan visual, verifikasi bahwa output tersebut tidak “terlalu mirip” terhadap karya berhak cipta yang ada. Terakhir, selalu dokumentasikan sumber, lisensi, dan hak penggunaan aset agar kamu bisa membela klaim jika ada dispute ya.

Jadi, AI adalah alat yang membantu kerja kamu, sedangkan creator adalah kamu bukan AI, ya!  Kamu juga bisa mulai menulis review produk jika ingin memulai meningkatkan kemampuan membangun orisinalitas dengan membaca artikel berikut Panduan Menulis Review Produk untuk Affiliate Marketing

Do & Don't Konten AI untuk Monetisasi

Dibawah ini adalah beberapa contoh strategi Do & Don’t jika kamu ingin konten AI yang diproduksi berhasil dimonetisasi.

  1. Do (Bisa dilakukan)
  • Kamu pakai suara AI + hasil survei kamu sendiri + grafik buatan sendiri → Karena kamu melakukan elemen riiset & interpretasi kreator. Sediakan dokumentasi metodelogi atau tampilan datanya.
  • Kamu pakai footage AI + voice-over kreator yang menjelaskan proses/model → Karena kamu menambah penjelasan, sudut pandang manusia.
  • Kamu buat tutorial prompting + studi kasus kamu sendiri → Ini adalah pengalaman kamu sendiri, sertakan template, file hasil, kesalahan yang kamu temui.
  • Podcast dengan 2 host + outline AI → Karena ini adalah diskusi nyata, kontribusi kreator jelas.
  • Blog AI-assisted + editor manusia + data internal → Karena kontribusi manusia jelas, E-E-A-T terpenuhi.

 

  1. Don’t (Hindari)
  • Kamu buat video dengan suara generik membaca naskah AI tanpa tambahan apapun → hampir tidak ada kontribusi kreator; terasa mass-produced.
  • Kamu pakai footage AI mentah + musik stok + tanpa konteks/narasi → minimal transformasi; tidak menarik.
  • Kamu kompilasi berita AI / hype AI & hanya parafrase → tidak orisinal, risiko kesalahan fakta.
  • Kamu siarkan “AI lo-fi radio 24/7” tanpa kurasi atau host → repetitif + potensi lisensi musik.
  • Blog auto-generate tanpa edit manusia → risiko kesalahan fakta tinggi.

Itulah beberapa contoh bagaimana kamu perlu mempersiapkan konten AI agar bisa dimonetisasi. Selanjutnya, coba lakukan checklist untuk mengukur orisinalitasnya ya sebelum kamu menekan tombol “Publish”.

Checklist Orisinalitas Konten Ai untuk Publisher

  1. Tujuan & manfaat jelas: Apa yang akan pembaca / penonton dapatkan dari konten ini yang unik?
  2. Kehadiran kreator: Suara, opini, pengalaman, jangan biarkan AI jadi narator tunggal tanpa kehadiranmu.
  3. Transformasi nyata: Ambil data, rangkai sendiri, tafsirkan, jangan hanya merangkum ulang.
  4. Aset orisinal: Usahakan gambar, grafik, suara rekamanmu sendiri.
  5. Transparansi AI: Ungkap di bagian deskripsi atau catatan bahwa kamu menggunakan AI, dan bagian mana kamu pakai AI.
  6. Verifikasi & sumber: Gunakan data primer, tautkan sumber, jangan menebak.
  7. Kualitas & storytelling: Struktur jelas, hook di awal, konten tidak monoton.
  8. Kepatuhan hak cipta: Pastikan semua aset punya lisensi atau kamu punya izin.
  9. Konten sensitif: Jika membahas topik medis, keuangan, hukum, gunakan disclaimer dan sumber otoritatif.
  10. Audit repetisi: Apakah format kamu terlalu mirip dari konten lain? Pastikan tiap konten punya elemen yang benar-benar baru.

Jika kamu sudah yakin dengan konten AI yang kamu buat, maka siapkan diri untuk konten AI “people first”. Apa itu?

Editorial “AI-Assisted, People-First”

Pernah dengar “people first”? Ya, setiap platform media sosial selalu mengutamakan ‘people’ atau users sehingga mereka tetap berada di platform tersebut. Nah, jika kamu ingin menjadi publisher di platform tersebut, baik content creator ataupun sebutan lainnya, maka kamu perlu melakukan cek ulang terkait konten AI yang dibuat, yaitu:

1. Pra-produksi

  • Pilih sudut unik / angle yang belum banyak dibahas.
  • Riset topik: cari sumber primer, data, studi kasus.
  • Buat outline kasar: titik mana AI bisa bantu (ide, draft, grafik) dan mana bagian yang harus kamu tambah / ubah.

2. Produksi

  • Gunakan AI untuk draft awal / ide grafik / storyboard.
  • Editor / kamu sendiri melakukan rewrite, menambah pengalaman, opini.
  • Rekam suara kamu sendiri atau lakukan voice-over manusia jika memungkinkan.
  • Tambahkan footage / visual & grafis orisinal jika memungkinkan.

 

3. Paska-produksi

 

  • Fact-check: verifikasi semua klaim, data, kode.
  • Cek semua aset dari sisi lisensi & hak cipta.
  • Lakukan audit internal: apakah video / artikel terasa “template”? Apakah setiap bagian punya kontribusi baru?
  • Tambahkan elemen pendukung: daftar sumber, caption, kredit aset.

 

4. Rilis & dokumentasi

  • Tambahkan disclosure penggunaan AI di deskripsi / slide / lower third.
  • Simpan catatan alat AI yang kamu gunakan (nama, versi, prompt penting).
  • Simpan versi draft awal & versi final (bukti perubahan).

 

5. Iterasi

 

  • Lihat metrik: watch time, retensi, CTR, komentar.
  • Analisis mana konten yang performa rendah, kemungkinan disebabkan kekurangan elemen orisinalitas atau kualitas.
  • Perbaiki konten lama jika perlu agar sesuai standar baru.

Selain itu kamu juga bisa menggunakan disclosure jika konten tersebut dibantu menggunakan AI.

“Konten ini memanfaatkan alat AI untuk (bisa diisi), sementara riset, analisis, opini, dan editing dilakukan oleh tim kami. Semua fakta telah diverifikasi dari sumber yang disebutkan. Hak cipta aset pihak ketiga tercantum pada bagian kredit.”

Tambahkan di deskripsi video/blog dan/atau on-screen lower third saat pertama kali muncul aset AI. Jika kamu butuh menulis brief, kamu bisa kunjungi artikel ini  Panduan Menyusun Content Brief

Jadi, monetisasi bukan tentang AI vs manusia, melainkan manusia + AI yang menghasilkan pengalaman bermakna. Selama kamu mampu menunjukkan pengalaman secara personal, interpretasi, dan kredibilitas, algoritma akan memiliki alasan yang kuat bahwa konten kamu memberikan kualitas dan value ke user. Selain itu, dengan mengutamakan pengalaman secara personal, performa organik kontenmu akan meningkat ini hanya soal waktu sampai akun creator kamu memiliki performa yang cukup. Namun, selagi menunggu trafik organik naik, kamu bisa menggunakan paid traffic (mis. Meta Ads/Boost, TikTok Promote, atau YouTube Ads) untuk mempercepat distribusi, menguji hook dan CTA, serta memaksimalkan monetisasi komisi (CPS/CPA/CPL) dari link affiliate di deskripsi/landing page.

Tentunya, kamu butuh komunitas content creator atau publisher agar selalu update dengan informasi terkini dari platform-platform yang bisa memberikan kesempatan monetisasi konten. 

Daftar jadi publisher di Accesstrade sekarang!

.
Muhammad Harist
Affiliate Specialist
Muhammad Harist telah menjadi SEO Specialist di Accesstrade selama 1 Tahun. Spesialisasinya adalah di Research & Development, Project Management serta Data Analytics. Selain itu, dia memfokuskan pekerjaannya untuk melakukan A/B testing dan membuat study case menghasilkan konversi yang tinggi dan stabil dari campaign affiliate marketing.
Artikel Terkait