Mengapa Konten AI “Receh” Bisa Viral di TikTok? Ini Psikologinya

Mengapa Konten AI “Receh” Bisa Viral di TikTok? Ini Psikologinya

Admin
Nov 19, 2025
SHARE ON
1764573564_feature-images.jpg

Konten dengan suara robot datar membacakan curhatan hidup yang sengsara, filter AI yang bikin wajah jadi absurd, atau slide foto random yang dijahit jadi “true story” lebay — jenis konten seperti ini sering kita sebut receh. Namun entah bagaimana, justru format seperti ini yang berkali-kali muncul di FYP dan mengumpulkan jutaan views.

Sekilas kelihatannya sederhana: efek AI, template bawaan aplikasi, durasi pendek. Tapi di balik itu, ada kombinasi antara psikologi emosi penonton, cara kreator bercerita, dan algoritma TikTok yang sangat responsif membaca kebiasaan kita.

Apa Itu Konten AI Receh? (Introduction)

Konten AI receh adalah konten yang menggunakan elemen kecerdasan buatan (AI) — seperti text-to-speech, filter wajah, template otomatis, atau caption yang dibantu model bahasa — untuk membungkus cerita yang ringan, kocak, dan sangat dekat dengan keseharian.

Contoh yang sering muncul di TikTok:

  • Suara AI membaca curhatan tentang kantor toksik, gaji kecil, atau bos yang absurd.
  • Slide foto seadanya yang dirangkai jadi “kisah nyata” dramatis.
  • Filter AI yang dipakai untuk bercanda soal masa depan suram, quarter-life crisis, atau gagal jadi “versi ideal diri sendiri”.

Secara teknis, ini bukan konten yang rumit. Tapi isi ceritanya menyentuh hal-hal yang sangat manusiawi: lelah bekerja, bingung soal masa depan, drama hubungan, tekanan finansial, dan rasa tidak cukup. AI di sini hanya jadi kostum; naskah utamanya tetap diambil dari realita hidup orang-orang biasa.

Inilah yang membuat konten AI receh terasa unik: kombinasi antara kemasan yang dingin dan artifisial dengan isi yang hangat dan relatable. Jarak emosional yang tercipta dari suara dan visual AI justru membuat penonton lebih leluasa untuk menertawakan hal-hal yang sebenarnya agak pahit.

Gambar AI Tiktok

Psikologi "Ini Gue Banget": Kenapa Relatability Jadi Kunci Viral

 

Dalam psikologi, ada kecenderungan bahwa otak kita memberi perhatian lebih pada hal-hal yang terasa dekat dengan identitas dan pengalaman pribadi. Di TikTok, ini muncul dalam bentuk reaksi spontan ketika menonton sebuah video dan berkata dalam hati: “Ini gue banget.”

 

Ketika video AI receh menampilkan:

 

  1. Drama kerja rodi tapi gaji pas-pasan,
  2. Konflik di rumah atau kos yang terlalu familiar,
  3. Perasaan kalah start dibanding teman sebaya,

 

Penonton tidak hanya sekadar menonton, tetapi mencocokkan isi cerita dengan hidup mereka sendiri.

 

Efeknya kelihatan jelas di kolom komentar:

 

  • “Siapa yang bocorin hidup gue?”
  • “Kenapa relate banget sih padahal nggak kenal?”
  • “Ini admin rumah tangga gue banget.”

 

Komentar-komentar seperti ini adalah tanda bahwa konten tersebut berhasil menyentuh area sensitif: pengakuan bahwa ‘hidup gue nggak mulus-mulus amat’. Saat banyak orang melakukan pengakuan yang sama di ruang publik (kolom komentar), tercipta rasa kebersamaan: kita sama-sama berantakan, dan itu tidak apa-apa selama bisa ditertawakan bareng.

 

Humor receh di sini berfungsi sebagai katup pelepas tekanan. Masalahnya mungkin tidak hilang, tapi terasa sedikit lebih ringan ketika diubah menjadi bahan bercandaan bersama ribuan akun lain di FYP.

 

Cara Algoritma TikTok Membaca Konten Receh

 

Dari sisi sistem, TikTok tidak peduli apakah konten itu “receh” atau “berkelas”. Yang dibaca oleh algoritma hanyalah sinyal perilaku:

 

  • Apakah video ditonton sampai habis?
  • Berapa kali diputar ulang?
  • Apakah penonton memberi like, komentar, atau share?
  • Berapa lama pengguna berhenti di video itu dibanding video lain?

 

Konten AI receh biasanya unggul di semua sinyal ini karena:

 

  1. Durasi pendek, mudah ditamatkan Cerita sederhana dengan punchline jelas membuat penonton cenderung menonton sampai akhir. Ini sinyal kuat untuk algoritma.
  2. Mudah di-replay Banyak penonton memutar ulang untuk menangkap detail teks, ekspresi, atau punchline. Replay adalah indikator bahwa video tersebut “menggigit”.
  3. Mendorong interaksi spontan Relatability yang kuat membuat penonton terdorong untuk komentar “ini gue banget” atau mengirim video ke teman yang dianggap cocok.

 

Ketika sinyal-sinyal ini terkumpul dalam waktu singkat, sistem rekomendasi membaca video itu sebagai konten yang berhasil. TikTok lalu mulai mendistribusikannya ke kelompok pengguna lain yang pola nontonnya mirip. Dari sinilah lingkaran viral terbentuk: semakin banyak orang merasa relate, semakin kuat pula sinyal ke algoritma untuk terus mendorong video tersebut di FYP.

 

Peran AI dalam Produksi Konten Massal

 

AI tidak hanya hadir di FYP sebagai “penyaring” konten, tapi juga di sisi kreator sebagai mesin produksi massal. Beberapa peran kunci AI bagi kreator meliputi:

 

  • Membantu menulis naskah lebih cepat: Model bahasa bisa dipakai untuk membuat draft cerita, merapikan alur, atau mengubah tone (lebih dramatis, lebih sarkas, lebih absurd).
  • Text-to-speech yang konsisten: Kreator tidak perlu rekaman suara berulang kali. Tinggal tempel teks, pilih gaya suara, dan video siap dirakit.
  • Filter dan efek otomatis: Wajah bisa dimanipulasi, background diganti, atau elemen visual lain ditambahkan tanpa skill editing yang rumit.
  • Template yang mudah diulang: Satu formula cerita yang terbukti berhasil bisa diduplikasi dengan topik berbeda, tokoh berbeda, atau sudut pandang baru.

 

Hasilnya, satu orang kreator bisa memproduksi banyak video dalam waktu singkat. Bukan karena mereka tiba-tiba jadi jenius konten, tapi karena AI menurunkan hambatan teknis, sehingga energi bisa lebih banyak dipakai untuk mengobservasi pola yang berhasil.

 

Dengan kemudahan teknologi saat ini, kamu tidak perlu jago editing untuk membuat konten semacam ini. Banyak kreator yang memanfaatkan teknologi ini untuk memproduksi video dalam jumlah banyak namun tetap berkualitas. Jika kamu ingin mencoba membuatnya, kamu bisa pelajari langkah teknisnya di panduan cara membuat konten dengan AI agar proses produksimu lebih efisien.

 

Cara Affiliate Marketer Memanfaatkan Tren Konten AI Receh

 

Buat affiliate marketer, tren konten AI receh ini bukan sekadar fenomena lucu-lucuan. Ini sebenarnya laboratorium terbuka yang menunjukkan pola topik apa yang memicu emosi, format yang mendorong share, dan gaya bercerita yang tidak terasa seperti jualan ("hardsell").

 

Alih-alih langsung muncul dengan video review produk yang kaku, affiliate marketer bisa:

 

  1. Menggunakan format curhatan receh tentang masalah yang bisa diselesaikan oleh produk affiliate.
  2. Mengemas “kegagalan” atau “kesialan” sebelum memakai produk, lalu menjadikan produk sebagai bagian dari solusi, tanpa dipromosikan berlebihan.
  3. Memakai suara AI atau filter AI untuk menciptakan jarak emosional, sehingga cerita terasa ringan meski membahas masalah yang cukup serius (utang, kecapekan kerja, kesehatan, dan sebagainya).

 

Di sini, produk bukan bintang utama. Yang jadi tokoh utama adalah pengalaman dan emosinya. Produk hanya “pemain pendukung” yang kebetulan muncul di momen yang tepat.

 

Tips Membuat Konten Receh yang Menghasilkan Cuan

 

Beberapa prinsip yang bisa dipakai affiliate marketer saat membuat konten AI receh:

 

  • Mulai dari luka kecil yang relate: Misalnya: capek kerja tapi gaji segitu-gitu saja, drama bayar cicilan, pusing cari promo, atau bingung pilih produk yang benar. Ini titik masuk yang manusiawi.
  • Bangun cerita dulu, produk nanti: Jangan buka video dengan “ini dia produk…”. Mulai dulu dengan situasi: “Pernah nggak sih kamu…”. Baru setelah emosi terkunci, pelan-pelan masukkan produk sebagai bagian dari solusi.
  • Gunakan AI sebagai bumbu, bukan fokus utama: Suara AI, filter, dan efek bisa bikin konten lebih ringan dan unik, tapi tetap pastikan penonton paham apa masalahnya dan apa solusi yang kamu tawarkan.
  • Selipkan soft selling yang jelas tapi tidak maksa: Contoh kalimatnya: “Kalau kamu juga sering ngerasain kayak gini, aku taruh link produk yang kupakai di bio/komentar ya. Lumayan banget buat ngurangin drama harian.”
  • Arahkan ke link affiliate dengan CTA spesifik: Bukan hanya “cek link di bio”, tapi perkecil jarak: “Aku taruh link diskon dan toko resmi yang kupakai di komentar pertama, biar kamu nggak perlu scroll lama-lama.”

 

Memahami psikologi 'receh' ini adalah tambang emas bagi para affiliate. Kamu bisa membungkus produk solusi dengan narasi galau atau lucu yang relate dengan audiensmu. Jangan lupa, konsistensi adalah kunci. Untuk kamu yang ingin serius mendulang komisi dari strategi ini, pelajari juga trik tiktok affiliate anti zonk agar usahamu tidak sia-sia.

 

Kesimpulan

 

Konten AI receh di TikTok bukan sekadar tren sementara. Di balik suara robot dan filter lucu, ada kombinasi psikologi penonton yang ingin merasa dimengerti, humor yang relatable, algoritma yang responsif, dan AI yang memudahkan produksi.

 

Bagi affiliate marketer, tren ini adalah kesempatan untuk belajar cara bercerita yang lebih jujur, dekat, dan relevan — tanpa kehilangan arah ke tujuan bisnis: mengarahkan orang ke link affiliate yang tepat. Selama masih ada kebutuhan untuk tertawa sambil berkata “ini gue banget”, selalu ada ruang bagi konten AI receh yang bukan hanya viral… tapi juga menghasilkan cuan.

 

 

.
Muhammad Harist
Affiliate Specialist
Muhammad Harist telah menjadi SEO Specialist di Accesstrade selama 1 Tahun. Spesialisasinya adalah di Research & Development, Project Management serta Data Analytics. Selain itu, dia memfokuskan pekerjaannya untuk melakukan A/B testing dan membuat study case menghasilkan konversi yang tinggi dan stabil dari campaign affiliate marketing.
Artikel Terkait